Rindunya pada Ramadhan
pada sejuk sebelum subuh
sewaktu dulu kita bersahur
adakala kita terlena di meja
sedang mama leka memasak aneka juadah
pembuka selera anak-anak yang kelopak mata masing-masing
masih melekat kuat
sehingga terdengar bunyi azan
"tak apa..." kata mama, "makan cepat-cepat"
sedang mama hanya melihat dan meneguk air liur saja
Rindunya pada Ramadhan
pada pedih perut di waktu tengahari
diiringi kering tekak hingga ke petang
"itulah rasanya orang miskin yang tak punya apa-apa
untuk dimakan atau diminum," kata mama
"bersyukurlah atas apa jua nikmat yang Allah beri kepada kita,
kerana ia masih lebih baik dari kebanyakan orang yang malang"
dan kita pun terus berusaha berlatih menahan kesabaran
Rindunya pada Ramadhan
pada keresahan di penghujung hari
saat penantian waktu berbuka
kita masing-masing begitu teruja
makanan dan minuman terhidang di atas meja
dan kita setia menadah tangan untuk membaca do'a berbuka
walaupun azan hanya akan berkumandang sepuluh minit lagi
namun kita tak peduli, terus menanti
sungguhpun kekadang "terlupa" lalu "ter"minum air
yang "berpeluh-peluh" di luar gelas yang menunggu kita
Rindunya pada Ramadhan
pada lunak bacaan Qur'an di malam hari
di radio-radio dan TV
juga suara mama memecah sunyi
menjerit memanggil kita turut mengaji - "bertadarrus"
juga rindu pada suara Imam di Makkah
pada jam 3-4 pagi semasa siaran langsung
solat tarawih dari Makkah di kaca TV
sungguh, hanya pada bulan inilah pun
kita lama sedikit di tikar sejadah...
Rindunya pada Ramadhan
berdebar-debar hatiku menanti ketibaannya lagi
seumpama kekasih yang sudah lama takku temui
menitis air mata dan sebak dadaku
mengharapkan ketibaannya kali ini
dan mengharapkan panjangnya umurku
serta keizinan Allah agar dapat kami bertemu kembali
Rinduku padamu Ramadhan
seumpama pungguk merindukan bulan.
Friday, July 31, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment